Congklak: Sejarah, Aturan, dan Cara Bermain
![]() |
Permainan Congklak |
Dakon atau Congklak adalah permainan untuk 2 orang. Saling berhadapan. Ruang mainan berupa lubang-lubang kecil dan sebuah lubang besar yang disebut lumbung.
Permainan ini merupakan salah satu permainan yang sangat digemari anak-anak sebelum munculnya gadget.
Masing-masing pemain memiliki arena yang sama. Alat
permainan berupa biji-biji yang akan diperhitungkan. Siapa memperoleh biji-biji
lebih banyak dalam lumbungnya, dia pemenangnya.
Congklak berasal dari kawasan Timur Tengah yang kemudian
berkembang di Afrika. Permainan tradisional ini mempunyai banyak nama di
berbagai daerah di Indonesia. Ada yang menyebutnya dengan congklak seperti di
Sumatera, ada pula yang menyebutnya dengan Dakon seperti di Jawa.
Di wilayah Sulawesi, permainan ini dikenal sebagai Maggaleceng.
Tetapi ada juga orang-orang yang menyebut istilah Nogarata, atau kemudian juga,
dan Aggalacang.
Mengutip buku “Kumpulan Permainan Anak Tradisional Indonesia”, Aisyah Fad, 2014, permainan congklak adalah salah satu permainan tradisional yang menjadi warisan budaya di Indonesia yang dapat dimainkan oleh anak-anak dan orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan.
Biasanya yang digunakakan
sebagai biji congklak adalah cangkang kerang, biji-bijian, hingga batu-batu
kecil. Permainan ini juga sangat cocok digunakan untuk mendidik anak berkebutuhan khusus.
Sejarah Congklak
Permainan ini sebenarnya sudah lama berkembang di Asia,
khususnya wilayah Melayu.
Berdasarkan sejarah, congklak pertama kali masuk ke
Indonesia dibawa oleh bangsa Arab yang dating untuk berdagang dan berdakwah.
Para ahli dan arkeolog mempercayai jika permainan congklak
ini berasal dari Timur Tengah yang kemudian berkembang di Afrika.
Menurut AJ Resink-Wilkens dalam Het Dakonspel, congklak
biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan dari kalangan bangsawan.
Di Srilanka namanya canka, di Semenanjung Melayu disebut
conkak, di Filipina cunkayon, dan di Afrika mankala.
Sementara dalam Nusa Jawa Silang Budaya: Jaringan Asia,
Dennys Lombard menyebut permainan ini sama dengan mangala yang terdapat di
berbagai tempat lain di Samudera Hindia, Madagaskar, dan Turki, setidaknya
sejak abad ke-17.
Tujuan permainan ini adalah untuk menghibur melalui hubungan
timbal-balik yang menenangkan, bukan merangsang sebuah persaingan ilusi.
Ketika orang Eropa memainkannya untuk pertama kali, dengan
terkejut mereka menyadari bahwa permainan ini berbeda dari “dam-daman” (catur
Jawa); tujuan permainan tersebut bukanlah untuk “menang.”
Peraturan pada permainan ini dibuat sedemikian rupa sehingga
dapat berlangsung hingga berjam-jam dan hanya sekali-kali terhenti karena
kekalahan (yaitu, habisnya biji di dalam lubang tertentu) oleh salah satu
pemain.
Bukti arkeologis mengenai permainan ini ditemukan dalam
ekskavasi di Panjunan, Banten, pada 1983 yakni berupa Bidak Congklak Terakota.
Cara Bermain Congklak
Congklak dimainkan oleh dua orang yang saling berhadapan
menggunakan papan yang terbuat dari plasti atupun kayu. Ukuran papanya sendiri
kurang lebih sekitar 40-50 cm.
Papan tersebut berisi 14 lubang kecil yang saling berhadapan
dan lubang besar di kedua sisi (kanan dan kiri).
Masing-masing permainan dibagi atas tujuh lubang dengan satu
lubang besar.
Lubang kecil diisi dengan 5-7 biji kerang atau sawo,
sementara lubang yang besar dibiarkan kosong karena dianggap sebagai gudang
penyimpanan permainan.
Cara bermain adalah dua pemain ini secara bergantian untuk
memilih salah satu lubang kecil mereka. Kemudian, biji di lubang bergerak dari
satu dengan lubang ke arah jarum jam, sampai biji dalam cengkeraman habis.
Permainan akan berakhir ketika benih di semua lubang kecil
kosong dan pindah ke lubang besar. Pemenang ditentukan oleh jumlah biji
terbesar di lubang besar masing -masing pemain.
Aturan Permainan Congklak
Congklak dimainkan dengan papan Congklak, dengan 14 lubang
memanjang kecil dan di depan yang lain. Ada 2 lubang besar di ujung kanan dan
kiri meja Congklak.
Biji Congklak nomor 98 potongan, yang semuanya
didistribusikan secara merata di 14 lubang kecil, di mana setiap lubang berisi
7 buah anak ayam.
Game Congklak hanya dimainkan oleh dua orang, masing-masing
pemain memperoleh 7 lubang kecil dan 1 lubang besar di depan yang lain.
Permainan dimulai dengan menentukan siapa yang bermain
sebelumnya. Untuk menentukan apa yang biasanya dilakukan dengan
"setelan". Pemain pertama dimulai dengan memilih lubang apa biji dan
biji lubang akan mengambil lubang kemudian secara berurutan ke arah yang
berlawanan dengan arah ke arah jarum jam.
Jika benih habis dalam lubang kecil yang berisi benih lain,
pemain dapat mengambil benih dan melanjutkan permainan mengisi lubang kecil
sampai benih habis lagi.
Jika pemain berhenti di lubang kosong di sisi lawan (di sisi
wajah), maka pemain berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa, maka lawan akan
mendapatkan giliran untuk bermain.
Game Congklak selesai jika tidak ada biji Congklak di lubang
kecil. Ini berarti bahwa semua biji telah dikumpulkan di lubang besar yang
dimiliki oleh masing -masing pemain.
Pemenang ditentukan sesuai dengan jumlah biji terbesar.
Demikian informasi seputar congklak beserta sejarah, cara bermain dan aturan yang ada di dalamnya. Meskipun permainan ini sudah jarang dimainkan, namun tetap saja mengasyikkan jika dimainkan bersama teman seumuran.
Komentar
Posting Komentar